Aku bermimpi, aku berada di sebuah puncak
Aku bisa melihat apa saja dari tempatku berpijak
Dan untuk pertama kalinya, aku mewujudkan impian itu
(Ungaran, 15 April 2012)
Aku bisa melihat apa saja dari tempatku berpijak
Dan untuk pertama kalinya, aku mewujudkan impian itu
(Ungaran, 15 April 2012)
Hari itu tepat tanggal 13 April 2012, hari Jumat saya dan teman-teman telah siap melakukan pendakian ke Ungaran. Memang, pendakian ini bukan fun climbing, melainkan kegiatan pendidikan dasar untuk masuk ke dalam suatu organisasi “kepenikmatan” alam di kampus saya. Meski demikian, esensi tentang pendakiannya tetap saja mengena di hati.
Malam itu pukul 19.30 kami sudah berkumpul di GSG untuk berangkat menuju Boja, Kendal. Tepatnya di daerah Medini. Ini merupakan salah satu jalur pendakian Ungaran. Dengan menempuh waktu selama kurang lebih dua jam, kami beserta panitia sampai di Medini pukul 23.00. waktu itu yang begitu sangat saya rasakan adalah betapa beratnya menggendong carrier yang benar-benar salah dalam packingnya, dan yang jelas adalah salah carrier karena yang saya bawa adalah carrier untuk cowok. Tapi dari situlah saya menemukan sisi kuat seorang Inay :D hahahaha. Belum lagi merasakan dinginnya suhu di Medini karena malam itu kami diguyur hujan yang cukup deras,belum lagi kesalahan terbesar adalah lupa membawa jaket. Dan hasilnya, saya masih tetap kuat tanpa tremor sekalipun, Hamdallah :)
Pagi harinya, Sabtu tanggal 14 April 2012 kami memulai perjalanan ke desa Promasan, ini merupakan desa tertinggi di gunung ungaran. Sepanjang perjalanan, kami hanya memandang kebun teh di sekeliling, dan sisanya adalah bukit-bukit yang gagah menjulang tinggi seolah ingin mencapai awan di langit ungaran. Kami berjalan secara selang –seling cowok cewek diharapkan agar yang cowok mampu menguatkan temennya yang cewek jika kelelahan. Perjalanan menuju promosan sangat melelahkan, terik panas yang sangat menyengat membuat peluh ini menetes satu per satu, air minum pun hanya lewat sebentar di tenggorokan. Sesekali istirahat untuk memakan roti dan logistik lainnya untuk menambah energi. Begitulah yang kami rasakan, but over all perjalanan ini sangat menyenangkan. Setibanya di Promasan, kami langsung disambut dengan serangkaian kegiatan Diksar. Kebanyakan memang kegiatan fisik, tapi justru inilah yang diharapkan agar tercipta generasi yang kuat tempaan. Bagaimana cara kami bersikap dengan alam, bertahan di alam, dan menghormati mitos-mitos yang ada di alam.
Yang begitu saya ingat waktu itu adalah, kami disuruh membuat sebuah bivak untuk bermalam. Semua bivak di tes dengan diguyur air satu ember, dan hasilnya sangat tidak layak disebut sebagai bivak. Malam pun kian beranjak, kekhawatiran datang ketika gerimis menghampiri kami. Semakin deras, deras, dan terus deras. Hingga akhirnya salah seorang panitia menghampiri bivak kami lalu memindahkan kami ke basecamp. Karena terlanjur terkena air hujan, tidur di dalam basecamp pun tidak terasa hangat, justru dingin yang luar biasa perlahan menusuk tulang-tulang kami.
Paginya kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk muncak. Saya, Genda, dan Mas Rangga menjadi kelompok pertama yang melakukan perjalanan menuju puncak. Yah..ini untuk kali pertamanya saya mendaki, meski tinggi gunungnya tak seberapa, namun jalurnya ngetrack, sesekali saya melompati kayu-kayu tumbang, menaiki batu-batu besar. Kami berjalan sangat cepat, karena penunjuk jalan kami yang waktu itu mas Musba berjalan sangat cepat, berlari lebih tepatnya. Kami bertiga yang masih pemula sangat kelelahan, dengan nafas yang terengal-engal, belum lagi kabut yang perlahan naik, mata ini pun terasa perih. Belum lagi hawa dingin yang sesekali menyapa kami. Semua itu saya lakukan karena semangat untuk sampai puncak terus berkobar. Logistik yang kami bawa pun banyak, tapi kami tidak akan memakannya sebelum sampai puncak. Puji syukur tiada henti-hentinya terucap dari bibir ini ketika kaki ini menapak puncak Ungaran. Dan tak lupa toss yang penuh keceriaan antara saya, dan Genda serta Mas Rangga.
No comments:
Post a Comment